Halo semuanya, akhirnya selesai juga part 1 terjemahan dari interview nano dengan Baitoru!! Wah, ini request yang mungkin hampir sebulan lalu wkwk, sebenarnya ini sudah dicicil beberapa hari setelah di-request, cuma karena banyak lagu-lagu baru dan album baru yang dirilis, jadi lebih fokus menerjemahkan lirik lagu :'). Tapi, karena sudah ditanyakan sama yang request, jadi ngebutlah saya menerjemahkannya wkwk. Btw, kenapa dibagi jadi per-part? Nah, itu karena artikelnya sangat banyaaaaaaak dan saya juga harus menerjemahkan lirik lagu yang lain, jadi diterjemahkan sebagian dulu. Kemungkinan akan dibagi menjadi 3/4 part dan akan diusahakan sesegera mungkin update yang part 2 minggu depan, hehe. Baiklah, daripada banyak ngomong, mari kita membaca hasil terjemahan dari interview nano :)
Untuk artikel full bahasa Jepangnya ada di sini => Baitoru
Pada kesempatan hari ini saya ingin bertanya berbagai hal
terkait dengan pengalaman nano melakukan kerja paruh waktu. Hingga saat ini,
berapa banyak kerja paruh waktu yang Anda lakukan?
Nano:
Setelah dari Amerika saya datang ke Jepang, bagaimanapun juga saya ingin
mencoba berbagai macam pengalaman, dan saya melakukan berbagai macam hal. Hanya
saja, saat pertama kali datang ke Jepang, saya mencampur-campur bahasa Inggris
dan bahasa Jepang, saya masih belum pandai dalam membaca dan menulis dalam
bahasa Jepang, jadi saya mencoba berbagai macam pekerjaan, karena saya ingin
memahami secara mendalam baik dari segi membaca, menulis dan berbicara dalam
bahasa Jepang. Misalnya, karena intonasi saya dari kata “irrashaimase” yang
tidak begitu bagus, jadi saya dipanggil berulang kali (Lol), saya juga
membenarkan intonasi dan pendengaran secara otodidak. Yah, bisa dibilang
seperti itu, dan saya telah melakukan pekerjaan paruh waktu kurang lebih
sekitar 10 jenis pekerjaan.
Itu jumlah yang bisa dibilang sudah cukup banyak ya. Apakah
Anda banyak melamar di perhotelan?
Nano:
Saya menyukai hotel. Saya bukan tipe orang yang sering melakukan pekerjaan,
tapi saya suka untuk membuat orang lain terhibur, seperti tertawa dan berbicara
dengan orang-orang di atas panggung bersama-sama. Pertama kali saya bekerja di restoran
karena itu tidak memerlukan pengalaman dan mudah untuk melamarnya, lalu setelah
datang ke Jepang, saya memang ingin bekerja di restoran, dan saya bekerja di kaiten sushi. Setelah itu, saya mencoba
untuk bekerja di toko kelontong dan merasa bahwa saya ingin lebih banyak
bermain musik, saya juga bekerja di rental CD, juga di toko-toko. Kemudian,
saya juga sempat melayani klien dari perusahaan PC besar.
Sepertinya pengetahuan dibutuhkan ketika menjadi CS di
perusahaan komputer
Nano:
Iya begitulah. Tetapi, karena sejak kecil saya sudah menyentuh komputer di Amerika,
saya pikir saya lebih mahir menggunakan komputer dibandingkan anak-anak Jepang
yang seusia saya pada saat itu. Oleh karena itu, bisa saya katakan sendiri
bahwa, angka penjualannya meningkat pesat (lol). Itu menyenangkan. Selain itu,
saya juga menjadi freelancer penerjemah. Melalui internet, saya melakukan
pekerjaan penerjemahan baik dari Jap ke Eng ataupun Eng ke Jap. Yang menarik
adalah, menerjemahkan itu prosesnya berbeda untuk setiap orang. Sambil menyampaikan
artinya secara personal, apakah itu benar / tidak benar, tetapi, jika terlalu
menegaskannya secara pribadi, itu bisa-bisa malah menjadi tulisan kita sendiri.
Ketika menerjemahkan, tentu saja diperlukan kemampuan
bahasa Jepang, bukan?
Nano:
Karena kemampuan bahasa Jepang saya tidak cukup, ada saat dimana saya mengalami
hal yang sulit. Mengenai penerjemahan itu sendiri, kita memang harus
mempelajari kedua bahasa itu. Meski bisa berbahasa Inggris, dan bahkan jika
saya datang ke Jepang dengan penuh rasa percaya diri, apabila tidak dapat
mengejar kemampuan bahasa Jepang saya, itu terasa menyakitkan.
Begitu rupanya. Lalu, Nano Apakah Anda pernah mengalami
kesulitan terhadap budaya Jepang ketika datang ke Jepang dan melakukan
pekerjaan paruh waktu?
Nano:
Saya pikir untuk melayani pelanggan di Jepang itu agak sulit. Ada hal seperti “Tamu
adalah Dewa”, itu tentu saja demikian, atau hal lainnya seperti, kita harus
benar-benar menepati janji, saya pikir itu adalah kelebihan Jepang yang
dilakukan untuk menjaga keharmonisan dengan orang-orang sekitar, tetapi, ketika
suasana yang lebih santai, hal yang paling sesuai sesuai dengan saya adalah bertindak
seperti orang Amerika (lol). Ketika saya datang ke Jepang, ada hal yang memang
harus saya lakukan meski itu hal yang tak bisa saya kerjakan. Misalnya, di
restoran, saya jadi belajar dengan sangat baik dari orang-orang yang bekerja
bergantian seperti bersih-bersih. Kalau di Amerika misalnya, bahkan di sekolah,
karena yang melakukan pembersihan adalah petugas, jadi saya tidak memiliki
pengalaman untuk melakukan pembersihan di lantai dengan berlutut bersama
semuanya, seperti di Jepang.
Jika demikian, berarti ketika datang ke Jepang, itu semua
adalah hal yang benar-benar baru bagi Anda?
Nano:
Iya itu benar.
Tetapi, apakah Anda pernah memiliki pengalaman untuk
melakukan berbagai pekerjaan paruh waktu sebelumnya?
Nano:
Saya harus melakukannya dengan penuh kesabaran. Jika mengeluh sedikit saja,
sedikit-demi sedikit itu akan menjadi sebuah gangguan (lol). Saya pikir
kekuatan mental saya telah diperkuat semenjak saya datang ke Jepang.
Selagi melakukan pekerjaan paruh waktu, apakah Anda juga
berpikir untuk melakukan kegiatan bermusik, dan apakah Anda pernah merasa
kelelahan dengan hal itu?
Nano:
Saya hanya melakukan kerja paruh waktu hingga saya melakukan debut. Oleh karena
itu, saya rasa tidak memiliki waktu yang begitu berat ketika saya sibuk. Hanya saja,
karena saya merasa ingin melakukannya hingga detik-detik saya akan debut, jadi
saya masih melakukan kerja paruh waktu selama persiapan debut. Saya mengatakan
bahwa “karena saya memiliki musik jadi akan baik-baik saja”, lalu saya pikir saya
tidak ingin merasa lega dan tidak ingin puas semenjak memulainya, saya akan memegang
teguh prinsip saya dan sebagai manusia saya tidak ingin merasa puas. Kita tidak
tahu apa dan kapan semua akan terjadi karena dunia ini tidak memiliki jaminan
akan hal itu. Kesadaran bahwa saya harus bekerja keras di dunia ini adalah saya
pikir saya tidak akan selalu memilikinya (*memiliki hal yang diinginkan).
(maksudnya: nano tidak mau terlalu mengharapkan sesuatu/ terlalu berpuas diri,
karena hal itu bisa membuatnya lupa
diri)
Jadi, merupakan hal yang sangat penting untuk “mengenali
pekerjaan” tersebut.
Nano:
Iya, itu hal yang sangat penting. Lagipula, jika saya tidak memiliki berbagai
pengalaman di masyarakat, saya mungkin tidak dapat menulis sebuah lagu. Lirik yang
menarik datang/ muncul dari pengalaman yang sesungguhnya. Saya rasa penderitaan
adalah seseuatu yang tidak bisa saya munculkan dalam liriknya, kecuali jika
saya benar-benar merasa sangat menderita. Jadi jika dikatakan sebaliknya, penting
bagi kita untuk memiliki kebanggan pada hal yang menyakitkan, dan penting juga
untuk menyadari bahwa, meski kita menderita pasti akan ada hal yang baik pula.
(*that’s right :’) )
Lalu bagaimana dengan hubungan antar manusia dari pekerjaan
paruh waktu yang Anda lakukan sebelumnya? Apakah Anda merasa itu bekerja dengan
baik?
Nano:
Bagaimanapun juga saya pikir pembelajaran dari hubungan antar manusia itu
adalah dari sekolah dan bekerja. Karena sangat penting untuk menghormati orang
lain dan menjaga keharmonisan saat nantinya ketika kita sekolah atau bekerja,
jadi itu adalah studi sosial yang sangat bagus dan juga pembelajaran yang baik
saat bertemu dengan masyarakat. Di sisi lain, kita juga dapat meningkatkan diri
agar tidak terjadi perselisihan dengan orang lain. Setelah saya datang ke
Jepang, melalui pekerjaan paruh waktu saya mengetahui esensial/ hakikat orang
Jepang dan budayanya.
Khusunya untuk pekerjaan paruh waktu, Anda dipengaruhi dengan
orang-orang dari segala usia?
Nano:
Iya. Karena di Amerika tidak ada yang namanya “Senpai” dan “Kouhai”, ketika
saya melakukan wawancara kerja paruh waktu, saya mengatakan yang sejujurnya
kepada kepala perusahaan (lol). Lalu, Beliau mengatakan “Kau ini, benar-benar
berbicara dengan menatap lawan bicaramu ya”, dan dengan terkejut saya menjawab “Bernarkah?”.
Dari kejadian tersebut, saya berpikir bahwa “di Jepang sangat penting untuk memiliki
jarak daripada akrab secara tiba-tiba”. Kemudian jika mengatakan sesuatu
seperti “YO! YO! dengan dipkasakan, terkadang itu memberikan kesan yang tidak
bagus, yah, orang Jepang bukan tipe yang pada dasarnya “YO! YO!” seperti itu (lol).
Di bagian karakter itu, apakah Anda merasa tidak mengalami
begitu banyak perubahan setelah datang ke Jepang dan ketika tinggal di Amerika?
Nano:
Mungkin pada awalnya kerabat saya
berpikir bahwa saya orang Jepang, ada bagian di mana saya terlihat seperti
orang Jepang tetapi, bagaimanapun juga masih terdapat perbedaan seperti
pernyataan/komentar dan sebagainya. Hal pertama yang sering saya katakan adalah
“sering berbicara tentang diri sendiri” (lol). Lalu ketika saya bersimpati
dengan seseorang saya akan mengatakan “iya, saya juga berpikir demikian” atau “saya
rasa seperti ini”, saya tidak bermaksud buruk, tetapi saya sering berbicara
dengan pendapat sendiri. Kalau di Amerika, jika tidak berbicara mengenai opini
kita atau tidak melakukan daya tarik, kita tidak dapat memulai suatu hubungan
dengan lawan bicara , namun, setelah datang ke Jepang saya berusaha untuk
mendengarkan obrolan dari orang-orang.
Indonesian translation by: starringheavenlyrics
Request by: Yasika
*Note: BTW, jangan lupa tinggalkan komentar ya, mohon bantuannya untuk di-share juga :) terima kasih.
*Please don't take my works without my permission, thanks*
More From Author
nano